From where can I start my written? Mm.. Let me see.. *buka-buka isi otak* baeklah, kita mulai… 3…2…1… action!
Dulu seingatku, ada sebuah pembicaraan antara saya dengan seorang sahabat (bisa dibilang juga anak tetangga). He said to me this, “bwt gue, sahabat itu ga ada. Sahabat itu cuma ada ketika zaman Yosua (Jesus) yang kala itu mengajarkan banyak kebijaksanaan (sebelum akhirnya “disitir” Paulus dan jadi “Perjanjian Baru”) dan zaman Rasulullah Muhammad SAW.”
Pas itu saya cuma bisa nyanyi, ”angguk-angguk, geleng-geleng, iye-iye, saye-saye…” bukannya saya tak setuju dengan pernyataan itu. Tapi ada hal lain yang membuat saya berpikir kalau pernyataan itu sedikit melenceng dengan apa yang sahabat saya ini sampaikan. Apa itu?
Ini baru beberapa jam lalu terjadi, kala seorang teman saya sekampus, sebut saja Mel, tepat tadi pagi setelah saya mendapatkan mata kuliah “DRAMA”. Setelah kelas selesai, Mel menghampiri seorang temannya, sebut aja Ati, dan menangis tersedak-sedak (uhuuk…uhuuk..). Mel said this to Ati, “kenapa sekarang aku ngerasa sendiri ya? Kenapa ga ada lagi sosok-sosok yang selalu menguatkan aku ketika aku butuh?” Ati diam saja ketika itu. Dia cuma bisa mengelus-elus kepala Mel kala itu. Ati bingung harus menanggapi bagaimana.
Tak lama teman satu gank Mel dan Ati, sebut aja Ang, bilang seperti ini, “udahlah ,Mel… walau kita ga punya siapa-siapa, kita masih punya Allah.” Sontak Mel bicara lantang, “biar gimana pun gue juga cuma manusia biasa. Gue ga cuma punya Allah, tapi juga gue butuh sosok-sosok sahabat yang bisa nguatin gue! Yang bisa nemenin gue pas gue butuh!” dan Ang pun diam mendengar ucapan lantang seorang Mel yang sedikit “menusuk” hatinya.
Saya yang sedikit mendengar perkataan itu, sontak trenyuh. Dan saya bisa sedikit menarik sebuah kesimpulan kecil,
“Tuhan menciptakan kita dengan berpasang-pasangan dan berkelompok. Bukan untuk saling memusuhi bahkan saling membunuh, tapi untuk saling melengkapi dan menopang. Saling membantu dan berbagi. Memang tak akan pernah ada sahabat sekuat sahabat-sahabat Jesus atau sahabat-sahabat Rasulullah Muhammad SAW. Tapi percayalah, teman terdekat kita tahu seperti apa kita. Dia bisa menopang kita kala kita hampir terjatuh, atau kala kita oleng. Dia bisa temani kita menghadapi hari-hari sulit dan menghadapi kerasnya dunia. Dan satu hal terpenting, dia bisa melihat dari sudut pandang yang berbeda.”